Tulip

Tulip

Minggu, 18 Januari 2015

Kaledioskop 2014

Menyibak kembali halaman demi halaman 2014 yang sudah genap setahun terlampaui. Tahun yang teramat istimewa dengan semua tetek bengek yang terjadi di dalamnya. Starting poin mengenal diri dalam kehidupan yang sesungguhnya, menjadi aku yang seutuhnya. Banyak tinta yang tertuang dalam lembar demi lembar 2014. Semuanya komplit teracik menjadi komposisi yang sempurna. 

Memori bersama orang-orang tersayang tersimpan rapi dalam folder yang bernama kenangan. Kepada mereka, orang-orang yang sudah menjadi bagian dari memori itu kuucapkan terima kasih untuk semuanya. Guru, orang tua, sanak saudara, sahabat, dan juga orang-orang yang pernah menjadi sosok spesial di 2014 ini, sekali lagi aku berterima kasih pada kalian. Tanpa kalian apalah artinya aku. Kalian dikirimkan disekililngku atas izin Tuhan. 

Bukan suatu hal yang kebetulan ketika aku mengenal kalian, tapi semua itu adalah rencana Tuhan yang tak pernah kita nyana dan rencanakan. Selalu ada pelajaran dari setiap pertemuan, selalu ada kenangan dari setiap perpisahan dan selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Aku bersyukur Tuhan mengirimkan kalian padaku, orang-orang istimewa yang secara langsung ataupun tidak menuntunku untuk semakin mengenal diriku sendiri. 

2014 tahun ujian, evalusai dari semua nikmat yang telah dicurahkan Tuhan. Kesabaran yang menjadi tameng terkadang hampir tak mempan. Nasihat demi nasihat mengendap di dasar permukaan. Mosi tidak percaya pun melayang pada beberapa orang. Ya, ujian itu beruntun tanpa jeda, rasa capek hati dan pikiran mengintai menuju keputusasaan. Sampai pada akhirnya penolong itu datang, menghadirkan kembali bara mimpi yang hampir padam. Meski harus kembali pergi meninggalkan luka yang semakin dalam. Setidaknya bara itu masih menyala hingga kini dalam terpaan angin dan hujan yang belum juga berhenti. Akan tetapi Tuhan memberikan kado spesial di tahun 2014, Qoni’@. Sebuah impian yang mulai menjadi kenyataan. Itulah kehidupan, kedatangan pasti disertai kepergian. Kesukaran diikuti kemudahan. Tinggal bagaimana kita menikmatinya. Menjadi madu atau jamu yang keduanya sama-sama menyehatkan.
Mari menutup 2014 dengan senyuman. Mohon maaf atas semua kesalahan, melapangkan hati untuk selalu memaafkan. 2014 sudah berlalu, biarlah menjadi sejarah dan pengalaman untuk bekal di masa yang akan datang. Mari membuka lembaran baru, semoga di tahun 2015 Tuhan memudahkan semua jalan. Mimpi itu tidak hanya mimpi-mimpian, cita itu tidak lagi cita-citaan dan cinta itu tidak sekadar cinta-cintaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar