Tulip

Tulip

Kamis, 29 November 2012

Kecantikan dalam pantulan cermin

Jika aku boleh berpesan, “rawatlah akhlakmu, laksana sebuah tanaman yang kau sayang, setiap hari kau menyiramnya dengan tambahan iman, kadang kala kau pupuk dengan member manfaat kepada sesama”.
Selalu malam yang membawaku untuk kembali memencet tombol-tombol alphabet di laptopku, kini tentang cermin.
Ku menghadap cermin, dan kulihat pantulan diriku disana, dia tak bicara, tapi dia menyatakan apa adanya. Pantulan itu memperlihatkan seorang gadis yang ternyata tak secantik biasanya. Entah apa yang membuat cermin menunyatakan seperti itu, padahal orang yang dimaksud adalah orang yang sama.
Ternyata ada sebuah rasa ingin tahu yang mendalam, tentang apa maksud dari semua pernyataan cermin itu. Banyak raut wajah yang ditampilkannya. Dan akhirnya aku mulai mempelajarinya.
Tak ada yang salah dengan cermin, perbedaan itu muncul dari pemikiran dan hati kita. Terkadang kita melihat wajah ini tampak cantik rupawan, tapi di waktu lain akan melihat raut wajah yang jauh dari cantik. Banyak kosmetik yang kita gunakan untuk memoles wajah ini hanya untuk mendapat pernyataan “cantik” dari cermin. Banyak uang yang kita keluarkan untuk membeli kosmetik kecantikan itu, padahal kalau kita gunakan untuk kepentingan lain masih banyak yang lebih bermanfaat.
Kecantikan itu tidak dinilai oleh cermin, kecantikan mutlak itu terletak pada pemikiran dan hati yang mapan tercermin dari tingkah laku yang dilakukan. Secantik apapun fisik seseorang pasti akan pudar seiring bertambahnya usia, tetapi lain halnya dengan pemikiran dan hati. Pemikiran dan hati yang mapan akan semakin terlihat pesonanya dan tak kan pernah termakan usia.
Sadarilah kecantikan fisik ini sebuah anugerah, anugerah sementara yang Allah titipkan kepada kita. Boleh saja kita memolesnya agar tampak lebih indah, tetapi ada kecantikan yang lebih luar biasa pada diri kita, yaitu kecantikan pemikiran dan hati kita yang wajib kita poles untuk semakin mempercantiknya.

Ini sebuah renungan pribadi, bukan untuk menceramahi, karena tulisan ini juga terinspirasi dari pernyataan cermin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar