Tulip

Tulip

Kamis, 29 November 2012

Renungan Dari Desa KKN

Menempuh kuliah tidak hanya di kampus saja, kuliah (belajar) bisa dimana saja. Apalagi untuk belajar tentang hikmah dalam kehidupan. 
Desa Kunir, merupakan nama sebuah desa yang menjadi bagian dari Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak. Kunir terletak di bagian selatan kota Demak, dekat dengan perbatasan Demak-Purwodadi. Seperti pada umumnya daerah Demak merupakan kota yang panas, dengan suhu yang tinggi, begitu pula di desa kunir ini.

Dan di Desa Kunirlah masa pengabdianku dimulai, merealisasikan salah satu trilogi mahasiswa, yaitu pengabdian kepada masyarakat yang biasa kita sebut KKN (kuliah kerja nyata). Saya tidak memibicarakan tentang bagaimana jalannya KKN saya, karena menurut saya KKN ini biasa-biasa saja. Belajar banyak dan banyak belajar dari masyarakatlah yang saya dapatkan.
Masyarakat pedesaan yang saya temui, merupakan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah kebawah. Akan tetapi yang saya salut dari masyarakat ini adalah religiusitasnya yang tinggi dengan segala keterbatasannya. Ada sebuah cerita yang saya alami sendiri, ketika sholat magrib. Sore itu langit begitu gelap, dan petir saling bersambaran bersamaan dengan lantunan suara adzan magrib dari setiap langgar yang ada di desa ini. Pertama kali aku ikut jamaah dilanggar tersebut dan tak kusangka ada sebuah hikmah yang bisa aku pelajari dari mereka. 
Hujan tak kunjung reda ketika takbir sang imam sudah dilaksanakan, bacaan surat Al-fatihah begitu khusuk di lantunkan oleh sang imam kemudian dilanjutkan dengan bacaan surat pendek. Ketika surat pendek belum sampai selesai, tiba-tiba sang imam membatalkan sholatnya karena guyuran air hujan yang masuk ke mimbar imam. semua jamaah pun batal sholatnya. Untuk melanjutkan sholat, kami harus mencari tempat yang tidak basah karena air hujan yang nrucuh. akhirnya dipilihlah tempat jamaah putri untuk melanjutkan sholat, meski dalam keaadaan seperti itu sholat jamaah tetap terlaksana.
Rasa salut dan bangga terhadap warga desa tak bisa kupungkiri, mereka bukan orang-orang yang menempuh pendidikan tinggi. Mereka juga bukan orang-orang dengan ekonomi menengah keatas. Dan mereka juga bukan orang-orang yang bertitle tinggi. Sekali lagi mereka adalah petani, pedagang kecil dan ibu rumah tangga biasa. Tapi mereka adalah sosok-sosok yang bisa memaknai kehidupan dalam kesederhanaan dan keterbatasan dengan iman dan syukurnya kepada Sang Maha segalanya Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar